Analisis PT Coca Cola Indonesia
PT. Coca-Cola Indonesia
A. SEJARAH COCA
COLA :
Minuman ringan (Soft Drink) Coca-Cola diciptakan oleh Dr.
John S. Pemberton, seorang ahli farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia,
Amerika Serikat, pada bulan Mei 1886. Ia mencampurkan suatu ramuan khusus
dengan gula murni menjadi sirup yang beraroma segar dan berwarna karamel,
kemudian diaduk bersama air murni. Minuman ini kemudian dikenal dengan nama
Coca-Cola. Pada awalnya penjualan minuman ini dilakukan dengan menempatkan
minuman ringan (Soft Drink) tersebut di dalam guci besar yang diletakkan ditempat-tempat
strategis.Namun adanya peningkatan jumlah pembelian menyebabkan penggunaan guci
tersebut digantikan dengan kemasan botol yang lebih praktis.
The Coca-Cola Company didirikan tahun 1892 oleh Asa G.
Chandler di Atlanta, yang juga mempatenkan merek dagang Coca-Cola. Perusahaan
ini merupakan induk dari semua perusahaan pembotolan yang memiliki merek dagang
Coca-Cola diseluruh Negara didunia dengan menyediakan bahan baku konsentratnya.
Mulai tahun 1893, The Coca-Cola Company membangun pabrik sirupnya diluar
Atlanta.
Presiden The Coca-Cola Company (1919-1955), Robert W.
Woudruff, merupakan orang yang pertama kali mencetuskan gagasan agar minuman
Coca-Cola tersebut dapat dinikmati tidak hanya oleh orang Amerika saja, tetapi
juga untuk dikonsumsi oleh seluruh bangsa di dunia. Untuk merealisasikan
gagasan tersebut, maka pada tahun 1929 didirikan The Coca-Cola Export
Cooperation, yaitu perusahaan yang menangani proses penjualan minuman
keseluruh pelosok negeri di dunia dengan
cirri mutu, rasa, dan kesegaran yang sama.
Di Indonesia, Coca-Cola mulai dikenal pada tahun 1927
melalui De Nederland Indische Mineral Water Fabrieck yang membotolkan nya untuk
pertama kali di Batavia. Selanjutnya perusahaan tersebut diambil alih oleh
pedagang Indonesia dan berubah nama menjadi The Indonesian Bottles Ltd. N. V.
(IBL) yang berstatus perusahaan nasional.
Pada tahun 1971, dengan pertambahan usahadan modal, IBL
berubah menjadi nama baru PT Djaya Bevarages Bottling Company (PT. DBBC) yang
merupakan pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia. Adanya penambahan
modal tersebut meningkatkan kapasitas pabrik yang diikuti pula dengan
penambahan macam produk yang dihasilkan dalam berbagai ukuran kemasan.
Pada tahun 1993 seluruh saham PT. DBBC diambil alih oleh
Coca-Cola Amatil Ltd, suatu grup perusahaan pembotolan Coca-Cola dikawasan Asia
Pasifik dan EropaTimur yang bermarkas di Sydney, Australia. Adanya perpindahan
saham tersebut mengakibatkan nama PT. DBBC berubah menjadi PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia (PT. CCAI). Tahun 2000, seluruh pabrik pembotolan minuman merek
dagang Coca-Cola yang ada di Indonesia resmi bergabung menjadi satu dibawah PT.
CCAI.
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu PT.
Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling (PT. CCAIB) dan PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Distribution (PT. CCAID).PT. CCAIB bertugas untuk memproduksi minuman
ringan (Soft Drink), sedangkan PT. CCAID yang bertugas untuk memasarkan dan
mempromosikan minuman ringan (Soft Drink) yang dihasilkan PT. CCAIB. Untuk
meningkatkan volume penjualan keseluruh wilayah Indonesia, maka PT. CCAI
mengoperasikan pabrik pembotolan di 10 kota besar Indonesia, yaitu Medan,
Padang, Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Pandaan, Bali, Makassar, dan
BanjarBaru.
Pada tahun 2002, PT. CCAIB berubah nama menjadi PT.
Coca-Cola Bottling Indonesia (PT. CCBI) dan PT. CCAID menjadi PT. Coca-Cola
Distribution Indonesia (PT. CCDI). Seluruh pabrik pembotolan Coca-Cola di
Indonesia berada dibawah manajemen PT. Coca-Cola Indonesia (PT. CCI). PT.
Coca-Cola Indonesia ini merupakan perwakilan dari The Coca-Cola Company yang
menyuplai bahan baku konsentrat keseluruh pabrik pembotolan Coca-Cola di
Indonesia dan menetapkan seluruh standar bahan baku yang digunakan oleh pabrik.
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) merupakan suatu
badan yang berbentuk perseroan terbatas yang bergerak di bidang usaha produksi
minuman ringan. Perusahaan Coca-cola di Jawa Tengah dirintis oleh dua orang
pengusaha yaitu Bapak Portogtius Hutabarat (alm) dan Bapak Mugijanto. Seiring
dengan perkembangan perusahaan maka pada bulan April 1992 PT. PAN Java Bottling
Co bergabung dengan Coca-cola Amatil Limited Australia. Kemudian mulai tanggal
1 Juli 2002 kembali merubah namanya hingga sekarang yaitu PT. Coca-cola
Bottling Indonesia (CCBI) Central Java Operations.
PT. Coca-cola memiliki sebelas pabrik pembotolan yang ada di
Indonesia yang terdapat di Semarang, Bandar Lampung, Padang, Ujung Pandang,
Medan, Surabaya, Bandung, Bali, Jakarta, Banjarmasin dan Manado. Salah satu
pabrik pembotolannya adalah PT. Coca-coala Bottling Indonesia (CCBI) di
Semarang. CCBI hanya memproduksi minuman dalam kemasan botol. Coca-cola
merupakan minuman yang terbuat dari bahan baku pilihan berupa air, gula,
concentrate dan karbondioksida. Selain coca-cola juga terdapat produk minuman
lainnya seperti Diet Coke, Sprite, Fanta, Frestea, Sunfill, Ades, Aquarius,
Kres, A & W, Sar saparila dan Schwepees. Proses produksi coca-cola tentu
saja menghasilkan limbah industri, limbag yang berbentuk gas berupa asap, cair
berupa air yang dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan limbah padat berupa
botol. Limbah tersebut telah mengalami proses pengolahan dengan yang aman dan
tidak membahayakan makhluk hidup dan lingkungan sekitar. Hal tersebut merupakan
bagian tanggung jawab dari PT. CCBI terhadap lingkungan dan wujud kepedulian
sosial perusahaan kepada masyarakat. Saat ini CCBI Semarang telah
memperkerjakan 1200 tenaga kerja yang telah memiliki KKB dengan Sp RTMM dan
koperasi kendali harta segabai penunjang hubungan industrial Pancasila yang harmonis.
Pengembangan tenaga muda Indonesia merupakan prioritas utama. Oleh sebab itu
dalam perekrutan tenaga kerja, CCBI melakukan beberapa seleksi masuk
diantaranya seleksi tes tertulis, psikotes dan wawancara tiga bulan. Hal
tersebut bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan
berkompeten. CCBI juga mengadakan berbagai macam training motivasi bagi para
karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan semangat kerja, bentuk training
tersebut berupa pengadaan kegiatan refresing, outbond, pelatihan skill untuk
karyawan baru. Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kembali motivasi serta kinerja karyawan yang mangalami penurunan sehingga
kualitas, kuantitas serta kontinuitas produk tetap terjaga. CCBI juga
memberikan berbagai penghargaan bagi karyawan yang telah bekerja dengan baik
serta memberikan kompensasi yang memadai berdasarkan tingkat jabatan yang telah
dicapai di perusahaan. Tidak terlepas dari itu semua CCBI juga mempunyai
serikat kerja yang dibentuk untuk menampung suatu gagasan, pendapat atau saran
yang dapat memajukan perusahaan. Serikat keja memiliki peranan cukup besar di
perusahaan karena perusahaan dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh para
pekerja dan sebaliknya. Salah satu fungsi serikat kerja yaitu berusaha
mengkomodil dari kebutuhan pekerja dimana usulan tersebut akan diangkat dalam
Meeting Be Partied Award yang diadakan setiap tiga bulan sekali dan pada Three
Partied Award setiap enam bulan sekali.
B. Profil
perusahaan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu
produsen minuman ringan terkemuka di Indonesia. Kami memproduksi produk-produk
berlisensi dari The Coca-Cola Company.
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang
terdiri dari perusahaan-perusahaan patungan (joint venture) antara
perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen
dan Coca-Cola Amatil Limited, yang merupakan salah satu produsen dan
distributor Coca-Cola di dunia. Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di
Indonesia pada tahun 1992. Mitra usaha Coca-Cola Amatil saat ini merupakan
pengusaha.
Indonesia yang juga adalah mitra usaha yang memulai kegiatan
usahanya di Indonesia. Produksi pertama Coca-Cola Di Indonesia dimulai pada
tahun 1932 di satu pabrik yang berlokasi di Jakarta. Produksi tahunan pada saat
itu hanya sekitar 10.000 krat. Saat itu perusahaan baru memperkerjakan 25
karyawan dan mengoperasikan tiga buah kendaraan truk distribusi. Sejak saat itu
hingga tahun 1980-an, berdirilah 11 perusahaan independen di seluruh Indonesia
guna memproduksi dan mendistribusikan produk-produk The Coca-Cola Company. Pada
awal tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaan-perusahaan tersebut mulai
bergabung menjadi satu, dan tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari
perusahaan-perusahaan tersebut bergabung dalam perusahaan yang kini dikenal
sebagai Coca-Cola Bottling Indonesia Saat ini, dengan jumlah karyawan lebih
dari 9.000 orang, jutaan krat produk kami didistribusikan dan dijual melalui
lebih dari 420.000 gerai eceran yang tersebar diseluruh Indonesia.
Logo PT.Coca-Cola Bottling Indonesia
Sumber: Company Profile PT. Coca-Cola Bottling Indonesia –
Jawa Barat
C. Struktur
Organisasi
PT. Coca-cola Bottling Indonesia - Jawa Barat adalah
perusahaan yang bergerak di bidang pembotolan dan pendistribusian minuman
ringan bermerek Coca-Cola, Sprite, Fanta, Frestea, Ades dan lainnya. Untuk
menjaga agar mutu minuman yang dihasilkan sesuai dengan standar, perusahaan PT.
Coca-Cola Company menerapkan dengan ketat proses produksi yang diakui secara
internasional.
Sementara itu untuk pendistribusian produk-produk tersebut
dilakukan secara khusus oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia - Jawa Barat. Di dalam
menjalankan perusahaan ini tentulah didukung oleh seluruh karyawan yang
menciptakan suatu tata kerja yang paling baik, teratur, dan rapi sebagai alat
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan oleh perusahaan
sebelumnya.
Salah satu cara untuk menciptakan suatu tata kerja yang
baik, teratur, dan rapi adalah dengan menyusun struktur organisasi perusahaan
sebagai hirarki dalam pemisahan tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang jelas
dan tegas pada setiap bagian yang ada dalam perusahaan.
Pimpinan tertinggi dari PT. Coca-cola Botling Indonesia Unit
Jawa Barat di pegang oleh General Manager. General Mnager ini membawahi dua
perusahaan , yaitu PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Jawa Barat sebagai
perusahaan pembotolan dan PT.Coca-cola Distributor Indonesia Unit Jawa Barat
sebagai pemasaran produknya untuk wilayah jawa barat dan sekitarnya. General
Manager bertugas sebagai perencana fungsi organisasi serta wakil perusahaan
untuk berhubungan dengan dunia luar perusahaan, masyarakat, dan pemerintah.
Di kedua perusahaan tersebut, General Manager membawahi
langsung enam manager yang memimpin masing-masing departemen ,yaitu Finance
Manager, Human Resources Manager yang membawahi Public Relations Manager,
Genera sales, Business Service manager, Technical Operation. Setiap Manager
departemen membawahi seorang atau beberapa supervisor atau officer.
D. Proses Produksi
Unit produksi Coca-Cola terdiri dari delapan proses, yaitu:
a. Gudang
Gudang merupakan tempat penyimpanan bahan baku yang terdiri
dari gula standar industri, air yang dimurnikan, soda pengkarbonasi, dan
formula konsentrat (concentrate).
b. Pencampuran
Pencampuran merupakan proses penggabungan antara air murni
dengan gula dan formula konsentrat (concentrate) untuk menghasilkan sirup.
Kemudian, proses selanjutnya adalah penambahan soda pengkarbonasi
(karbondioksida murni) ke dalam campuran sirup untuk mendapatkan kesegaran
rasa.
c. Pencucian
Pencucian merupakan proses pencucian, pensterilan, dan
pembilasan botol bekas pakai sebelum diisi kembali untuk memastikan konsistensi
kualitas produk.
d. Pengisian dan
Penutupan
Setelah melalui proses pencucian, mesin pengisian memasukkan
campuran sirup yang sudah siap dalam jumlah akurat, lalu lamngsung diikuti
dengan menutup kemasan tersebut untuk menjamin dan memastikan kebersihannya.
e. Pengkodean
Masing-masing botol ditandai dengan kode khusus yang
menjelaskan hari, bulan, shift, dan pabrik pembuatan.
f. Pemeriksaan
Proses pengontrolan dilakukan secara cermat mulai botol
dibawa ke pabrik, dicuci, hingga pada tahap pengisian. Pengontrolan secara
manual dan mekanis adalah untuk memastikan keunggulan kualitas produk.
g. Pengemasan
Setelah pengontrolan terakhir, botol yang telah diisi siap
untuk dikemas dan dikirimkan.
h. Pengangkutan
Pengangkutan merupakan proses pengiriman produk yang telah
dikemas kepada channel perusahaan
E. Teknologi
Informasi
Sistem informasi manajemen (manajement information system
atau sering dikenal dengan singkatannya MIS)merupakan penerapan sistem
informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi
yangdibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. SIM (sistem informasi manajemen)
dapat didefenisikansebagai kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang
bertanggung jawab mengumpulkan danmengolah data untuk menyediakan informasi
yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalamkegiatan perencanaan dan pengendalian.Secara
teori, komputer tidak harus digunakan didalam SIM, tetapi kenyataannya tidaklah
mungkin SIM yangkomplek dapat berfungsi tanpa melibatkan elemen komputer. Lebih
lanjut, bahwa SIM selalu berhubungandengan pengolahan informasi yang didasarkan
pada komputer (computer-based information processing). SIM merupakan kumpulan
dari sistem-sistem informasi. SIM tergantung dari besar kecilnya organisasi
dapat terdiri dari sistem-sistem informasi sebagai berikut :
1. Sistem
informasi akuntansi (accounting information system), menyediakan informasi
daritransaksi keuangan.
2. Sistem
informasi pemasaran (marketing information system), menyediakan informasiuntuk
penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan
penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran.
3. Sistem
informasi manajemen persediaan (inventory management information system).
4. Sistem
informasi personalia (personnel information systems)
5. Sistem
informasi distribusi (distribution information systems)
6. Sistem
informasi pembelian (purchasing information systems)
7. Sistem
informasi kekayaan (treasury information systems)
8. Sistem
informasi analisis kredit (credit analiysis information systems)
9. Sistem
informasi penelitian dan pengembangan (research and development information systems)
10. Sistem informasi
teknik (engineering information systems)
F. Sumber Daya
Manusia
Pengembangan SDM selalu menjadi fokus dari manajemen
Coca-Cola Amatil Indonesia untuk mempersiapkan karyawan yang kompeten, dinamis,
dan berdedikasi tinggi, sesuai dengan tujuan kami memberikan pelayanan terbaik dan memuaskan
bagi pelanggan.
Dengan sejarahnya yang panjang di Indonesia, kami konsisten
merekrut orang-orang muda berpotensi untuk mengisi peran penting di perusahaan
dan juga tetap membuka peluang bagi para
tenaga profesional yang berpengalaman Filosofi program pengembangan kami
menekankan "Hands on Experience" yang dikombinasikan dengan coaching
dan mentoring secara terus menerus serta program pelatihan di dalam kelas.
Kami percaya bahwa pengelolaan yang baik atas kompetensi
akan mendukung performa bisnis secara keseluruhan. Untuk itu, kompetensi
menjadi jangkar dari proses pengembangan setiap karyawan kami, untuk memastikan mereka memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang tepat sesuai dengan yang diperlukan, tidak
hanya untuk mengerjakan pekerjaannya saat ini, namun untuk menghadapi kesempatan karir berikutnya.
G. Prospek Kerja
Lulusan Sarjana Teknik Industri di PT. Coca-Cola Indonesia
Supervisor produksi
Kebanyakan industri manufaktur mensyaratkan posisi ini diisi
oleh pria karena jam kerjanya yang biasanya berdasarkan shift. Walaupun sistem
shift seringkali tidak berlaku untuk level supervisor, namun tanggung jawab
jabatan kerap menuntutnya untuk paling tidak sekedar hadir di tiap shift. Belum
lagi apabila terjadi masalah di luar kendali.
Quality system management (Quality Assurance)
Tanggung jawab bagian ini bukanlah mengecek kualitas produk
maupun material, melainkan menjaga berjalannya sistem yang telah dibakukan
berdasarkan standar internasional sistem kualitas. Industri manufaktur yang
telah menerapkan sistem kualitas mutu internasional seperti ISO harus secara
berkala meninjau apakah proses yang berjalan sudah sesuai dengan panduan yang dibuat
dan apakah panduan tersebut selalu diperbarui jika ada perubahan.
Inventory management
Karena keterbatasan area yang dimiliki perusahaan untuk
penyimpanan barang jadi, setengah jadi, maupun material, diperlukan adanya
manajemen penyimpanan. Ini juga salah satu ilmu dasar pada jurusan Teknik
Industri. Ada banyak faktor yang harus
dipertimbangkan dalam manajemen penyimpanan, seperti harga barang, dimensi
kemasan barang, luas area yang tersedia, lama pemesanan ke supplier, seberapa
sering barang jadi dibeli konsumen, dan berapa lama masa garansi atau
kadaluarsa barang.
H. Limbah Proses
Produksi & penanganannya
.
Penanganan Limbah
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia memiliki komitmen untuk
senantiasa memahami, mencegah, dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap
lingkungan sehubungan dengan kegiatan produksi minuman ringan. Oleh karena itu
PT. CCAI membuat suatu Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) di lokasi pabrik.
Terdapat dua jenis limbah PT. Coca-Cola Amatil Indonesia –
Unit Jawa Barat yaitu limbah padat dan limbah cair.
H.1. Penanganan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
– Unit Jawa Barat meliputi kemasan botol yang rusak atau pecah, sedotan, crawn
cap, closure, preform, kemasan bahan baku dan bahan penunjang, barang-barang
bekas dari kegiatan lainnya seperti bekas mesin produksi, pompa, ban bekas dan
sampah padat lainnya akan dikumpulkan dan dibuang oleh pihak ketiga yang
ditunjuk oleh Pemerintah Daerah setempat untuk didaur ulang.
Sedangkan sampah domestik yang ditampung di tempat
penampungan sementara akan diambil oleh pihak ketiga untuk disalurkan ke tempat
penampungan sampah terakhir.
H.2. Penanganan Limbah Cair
Limbah cair (kecuali
air hujan) yang berasal dari bottling line, syrup room (tanki sanitasi), dan
water treatment dan waste water treatment (back wash dan regenerasi) ditampung
di dalam bar screen yang fungsinya untuk memisahkan kotoran-kotoran seperti
sampah, plastik, sedotan dan lain sebagainya. Selanjutnya setelah disaring
melalui bar screen, limbah tersebut di tampung dalam pump fit yang kemudian di
tampung lebih lanjut dalam bak ekualisasi lama.
Kemudian limbah cair tadi dialirkan menuju fat trap yang
berjumlah 2 buah bak dengan kapasitas 50 m3 dan bersekat 5 buah untuk
memisahkan lemak dan minyak. Lemak dan minyak yang memiliki berat jenis lebih
rendah dari air akan tertahan di permukaan, sedangkan air limbahnya akan berada
di bagian bawah yang selanjutnya di pompa menuju ke bak equalisasi basin.
Bak equalisasi basin yang memiliki volume 500 m3 berfungsi
untuk menghomogenisasikan dan menetralisir air limbah sebelum pengolahan lebih
lanjut. Proses penetralisir air limbah ini menggunakan soda kasutik dengan
konsentrasi 98 % sehingga pH air menjadi 6,5 – 8. Bak equaliasasi ini dilengkapi
dengan aerator summersibel yang fungsinya untuk peraerasi air limbah agar air
limbah tersebut tidak mempunyai fluktuasi kualitas yang besar sehingga
memudahkan pengolahan selanjutnya, air limbah di homogenkan dan diaerasikan
menggunakan aliran turbulen. Kemudian air limbah tersebut dialirkan menuju bak
oxidation ditch.
Bak oxidation ditch yang memiliki volume 1600 m3 berfungsi
untuk menguraikan zat-zat organik yang berada dalam air limbah dengan
menggunakan Lumpur aktif dan bakteri aerobik (berespirasi menggunakan oksigen).
Bakteri tersebut yaitu jenis Escherichia coli, Staphillococcus, pseudomonas sp
dan Acetobacter. Untuk mempercepat pertumbuhan bakteri ditambahkan Urea pada
bak equalisasi. Bak equalisasi dilengkapi dengan dua buah aerator yang berfungsi
agar bakteri dapat kontak dengan air limbah secara optimal, agar semua Lumpur
dapat tercampur dengan air limbah secara merata dan membantu tersuplainya
oksigen untuk pertumbuhan bakteri.
Air limbah selanjutnya di alirkan menuju bak clarifier yang
memiliki volume 300 m3. Bak clarifier ini berfungsi untuk memisahkan lumpur
aktif yang ikut terbawa dari oxidation. Lumpur aktif ini akan diendapkan dan
dikumpul dibawah centre well oleh scrapper yang terdapat di bak clarifier,
sedangkan air akan mengalir secara over flow menuju ke saluran selanjutnya.
Lumpur yang telah berkumpul dimasukkan ke dalam sludge
collector oleh alat return sludge dan disirkulasikan kembali menuju ke bak
oxidation ditch. Tetapi jika lumpur tersebut sudah tidak bisa di uraikan
kembali maka akan dialirkan menuju drying bed.
Lumpur yang berada di drying bed akan dikeringkan dan
tertahan di bagian permukaan dengan bantuan sinar matahari yang selanjutnya
akan dibuang. Sedangkan air yang masih terkandung dalam lumpur akan
disirkulasikan kembali ke bak equalization setelah pemeriksaan di control bed.
Air yang mengalir secara over flow dari bak clarifier ada
yang dialirkan menuju sand filter untuk dijernihkan dari kotoran dan lumpur,
kemudian dialirkan menuju zeolit filter atau sand filter,
kemudian air
ditampung di recycled tank yang berkapasitas 1500 L, air di recycled kemudian
dialirkan menuju tanki carbon filter yang berkapasitas 1000 L untuk menyaring
kotoran-kotoran pada air, air setelah melewati carbon filter tank selanjutnya
ditampung di pressure tank, kemudian air dari pressure tank dilakukan pelunakan
di softener tank, air yang telah dilakukan pelunakkan selanjutnya dialirkan
melalui pipa yang terbagi menjadi dua pipa, pipa pertama dialirkan menjadi
general use sebagai kebutuhan air di toilet, taman, mesjid, dan air pembersih
mobil dan forklift. Adapula yang langsung dialirkan menuju sungai setelah
melewati indikator fish pond (kolam ikan), sedangkan pipa yang kedua dialirkan
untuk proses resin penukar ion yang selanjutnya dialirkan menuju boiler.
Parameter dan pemantauan limbah dilakukan setiap hari oleh
operator limbah yang dapat dilihat pada tabel.
DO (Dissolve Oxygen) adalah jumlah oksigen yang terlarut
dalam air limbah yang dinyatakan dalam satuan ppm (minimal 2-4 ppm). BOD
(Biology Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan
senyawa-senyawa organik serta biologi oleh bakteri dalam satuan ppm (tidak
boleh lebih dari 50 ppm), COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organik secara kimia dinyatakan dalam
satuan ppm (< 15 ppm). MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid) adalah jumlah
padatan yang tersuspensi pada air limbah (oxidation). SSRS (Suspended Solid
Return Sludge) adalah jumlah padatan yang tersuspensi yang dikembalikan ke bak
oxidation. TSS (Total Suspended Solid) adalah semua padatan yang mengambang
pada permukaan air limbah yang sebagian besar dapat dipisahkan dari air limbah
melalui penyaringan. TDS (Total Dissolve Solid) adalah semua padatan yang
terlarut dan ukurannya lebih kecil dari 0,45 mikron (ion-ion bervalensi 3).
BOD (Biology Oxidation Demand)
1 kali setiap shift
Before equalisasi & after clarifier
Tidak boleh lebih dari 50 ppm
COD (Chemical Oxidation Demand)
1 kali setiap shift
Before equalisasi & after clarifier
< 15 ppm
Penambahan Nutrisi
Setiap pagi
BOD : N : P
100 : 5 : 1
Untuk
pengujian kadar COD dan BOD dilakukan di laboratorium oleh petugas QA satu kali
setiap minggu.
Prosedur
pengujian kadar BOD adalah sebagai berikut,
Sampel di masukkan ke dalam botol sampel dan diaduk dengan
batang pengaduk magnet
Tambahkan ½ NaOH dan botol tersebut ditutup.
Kemudian botol sampel tersebut dimasukkan ke dalam
thermochamber dan diaduk selama 60 menit sampai temperatur stabil.
Kencangkan tutup botol tersebut dan dimasukkan ke dalam stro
breaker
Set skala di angka nol
Kemudian dicatat jam, tanggal, dan angka yang dihasilkan.
Simpan botol tersebut dan tunggu sampai dengan 5 hari,
setelah itu baru didapatkan hasilnya.
Prosedur
pengujian kadar COD adalah sebagai berikut,
Sampel dipipet ke dalam tabung reaksi sambil ditambahkan
transferpett sebanyak 2 ml dan pereaksi standar kemudian tutup dan diaduk
Tabung reaksi tadi dimasukkan ke dalam thermoreaktor Cr 3000
yang telah diset 148 °C selama 120 menit.
Setelah 120 menit tabung reaksi tadi diangkat dan dibiarkan
selama 10 menit
Photometer MPM 2010 dinyalakan dan diset Filter collectornya
diangka satu (jika COD 160) atau diangka dua (jika COD 1500)
Kemudian pilih menu “factor” dan isi data masing-masing faktor
dengan nilai faktor.
Tabung reaksi disimpan di sampel cell photometer dan dibaca
nilai COD (mg/Liter).
Komentar
Posting Komentar